Peran Kunci RI Dalam Perdamaian di Filipina Selatan Dibukukan

By Admin

nusakini.com-- Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menggelar acara peluncuran dan bedah buku berjudul "The Art of Mediation: Indonesia's Role in the Quest for Peace in Southern Philippines" di Ruang Nusantara Kemlu RI, Senin (31/7). 

Buku karya Jamal Maidan Flores mantan speech writer dan proof reader di era Menlu Ali Alatas ini membahas tentang peran Indonesia dalam proses mediasi antara kelompok separatis Moro di Filipina Selatan (MNLF) dengan Pemerintah Filipina. 

Peluncuran dan bedah buku dihadiri oleh para Duta Besar, Eselon I dan II di lingkungan Kementerian Luar Negeri, para akademisi, mahasiswa dan mahasiswi pemerhati hubungan internasional serta undangan dari kalangan pers nasional. 

Bertindak sebagai moderator Endi M. Bayuni (Chief Editor The Jakarta Post) dan menjadi pembahas Teuku Rezasyah MA, PhD (Universitas Padjajaran Bandung).   

Kepala BPPK, Dr. Siswo Pramono dalam sambutan pembukanya menyampaikan kedekatan penulis dengan Menlu Ali Alatas, sehingga muncul istilah "di-Jamilkan" untuk dokumen yang masuk ke meja beliau. 

Beberapa tokoh diplomasi Indonesia yang terlibat langsung dalam mediasi perdamaian memberikan sambutan dalam acara peluncuran dan bedah buku. Dr. Hasan Wirayuda, Duta Besar Wiryono Sasrohandoyo, dan Duta Besar Rezlan Ishar Jenie merupakan beberapa tokoh yang turut memberikan sambutan hangat atas peluncuran buku yang membahas peran kunci Indonesia dalam proses perdamaian di Filipina Selatan   

Buku "The Art of Mediation: Indonesia's Role in the Quest for Peace in Southern Philippines" ini menjadi istimewa karena hadir ditengah minimnya literatur mengenai kiprah Indonesia di kancah Diplomasi Internasional. "Kehebatan Indonesia dalam Diplomasi Internasional telah diakui oleh dunia, namun sayang kurangnya litetatur yang memuat kiprah Indonesia tersebut," ungkap Wiryono Sastrohandoyo selaku Diplomat Indonesia yang terlibat dalam proses mediasi perjanjian perdamaian di Filipina Selatan pada tahun 1996. 

Pernyataan tersebut juga diamini oleh pembahas dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah yang mengatakan bahwa perlunya memoar yang berguna sebagai pengingat akan aktifnya Indonesia dalam Diplomasi Internasional. "Perlunya memoar yang mengingatkan kita tentang kiprah Diplomasi Indonesia," ujar Teuku. 

Hadirnya buku ini diharapkan menjadi tambahan sumber informasi atas kiprah Indonesia di kancah Diplomasi Internasional. Selama ini masyarakat kurang menghargai kiprah Indonesia tersebut, hal ini disebabkan oleh minimnya literatur yang memuat informasi tersebut. Adanya buku ini juga diharapkan dapat meningkatkan rasa bangga masyarakat terhadap Indonesia yang telah diakui kehebatannya dalam Diplomasi Internasional. (p/ab)